Showing posts with label pendidikan. Show all posts
Showing posts with label pendidikan. Show all posts

Psikologi Pendidikan Anak

     
 A.    Pengertian Perkembangan dan Karakter Siswa Sekolah Dasar
Istilah "perkembangan" (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks. Di dalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep dasar perkembangan, perlu dipahami beberapa konsep lain yang terkandung di dalamnya, di antaranya: pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.

Esensi Sosisologi Pendidikan

        
A.    Pengertian  Esensi Sosiologi Pendidikan
Kata “esensi” berasal dari bahasa latin yang berarti essence yang bermakna hakikat.[1] Esensi adalah asal, substansi dan dasar sesuatu, wujud tanpa esensi adalah tidak ada. Esensi terdiri dari esensi sederhana (tidak tersusun) dan esensi sempurna (tersusun).[2]
Dengan menempatkan kata esensi dalam pendidikan terkhusus pendidikan Islam, menunjukkan kata inti, hakikat dan perbedaan dengan yang lain. Dengan menggarisbawahi pada aspek “keterjelasan dan pemaknaan” yang lebih dalam.[3]

PERGESERAN BUDAYA DALAM POLA KOMUNIKASI ANAK


Seorang anak dalam perkembangan komunikasi, sangat terikat pada faktor lingkungannya. Hal tersebut dapat diketahui dari bentuk pilihan bahasa pergaulan anak. Baik cara berkomunikasi terhadap teman-temannya, dengan orangtua, dan interaksi di sekolah. Dalam berbahasa, seorang anak sangat terkait dengan daya serapnya terhadap budaya (culture), yang berkembang di lingkungannya.

Dalam tradisi masyarakat Bugis Makassar dan masyarakat Luwu pada khususnya, seorang anak sejak usia dini sudah dididik untuk bersikap sopan. Memiliki tata krama terhadap orang yang lebih tua, santun berbahasa kepada sesama. Hal ini tidak terlepas dari nilai, prinsip adat istiadat yang dipegang masyarakat Luwu, untuk sipakalebbi (menghargai sesama). 

HARDIKNAS (Mengurai Benang Kusut Pendidikan, di Hari Bersejarah)


Matahari pagi belum menampakkan cahaya, handphone saya berdering nyaring, di tengah kebiasaanku menyeruput kopi, sambil membaca buku bertema pendidikan. Saat kulihat, dilayar handphone tertera nama yang tak asing lagi. Ternyata, yang menelpon di minggu pagi ini, adalah bapak Kepala Sekolah.

Setelah mengucapkan salam, beliau langsung pada inti pembicaraan. Besok, di instruksikan untuk menghadiri, upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional, berpusat dilapangan kantor Bupati Bolaang Mongondow. Bertepatan, tanggal 2 Mei 2016. Berdasarkan surat edaran, dari Dinas Pendidikan setempat. Semua Guru, yang berada  di wilayah Pemerintahan Kabupaten Bolaang Mongondow, harus menghadirinya. Dengan sigap, kujawab; “siap pak”. Begitulah, sebentuk ketaatan dan loyalitas, bawahan kepada pimpinannya. Tak ada, kata menolak. Sepertinya, isu yang berkembang tentang Kepala Sekolah di wilayah ini, memang benar. Bahwa, prinsip sedikit bicara, banyak instruksi, harus segera disikapi dengan kerja, kerja, dan kerja. Konon, ini merupakan bagian dari revolusi mental, yang diterjemahkan lewat kinerja Aparatur Sipil Negara, Entahlah ... !!!

“PAHLAWAN TANPA TANDA JASA” ITU TELAH TIADA


Oleh : Muhammad Syahudin

Siapa yang tidak hafal dengan lagu Hymne Guru. Diantara lirik yang terkenal adalah “…engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda Jasa”. Sejak Hymne itu tercipta di tahun 1980, Profesi Guru senantiasa disandingkan dengan predikat sebagai Pahlawan tanpa tanda jasa. Disebut Pahlawan karena guru berjuang untuk mendidik dan mengajar manusia, namun tanpa tanda jasa sebab selepas jadi pahlawan pada mereka tidak disematkan tanda-tanda atau simbol kepahlawanan.

Namun, siapa sangka bahwa pandangan ini lahir dari pencipta lagu Hymne Guru tersebut. Namanya adalah Sartono, lahir di Madiun pada 29 Mei 1936. Sejak remaja sudah piawai bermain musik, meskipun tidak pandai membaca not balok, namun kecintaannya terhadap musik dan profesi Guru mengantarkan ia menjadi legenda dunia pendidikan  di Indonesia. Latar belakang pendidikannya pun terbilang tidak mentereng, beliau putus sekolah pada saat kelas II SMA karena tidak bisa melanjutkan sekolah akibat ditinggal mati Ayahnya. Ia pun mengalami kesulitan untuk membiayai sekolahnya. Kepiawaiannya bermain musik membuat beliau sempat memiliki group Band Combo Ria dan bersama teman-temannya bergabung dalam personel Korps Musik Ajudan Jendral Resor Militer (Ajenrem) milik TNI AU Madiun.

PENDIDIKAN JARAK JAUH (DISTANCE EDUCATION) VS KELAS JAUH ( DISTANT CLASS)




I.      PENDAHULUAN 
A.    Latar Belakang Masalah 
        Sistem pendidikan jarak jauh (Distance Education), yang dipersepsikan sebagai inovasi abad 21, merupakan sistem pendidikan yang memiliki daya jangkau luas lintas ruang, waktu, dan sosioekonomi. Sistem Pendidikan Jarak Jauh membuka akses terhadap pendidikan bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Melalui berbagai perangkat hukum yang telah dikeluarkan pemerintah, yaitu SK Mendiknas No. 107/U/2001, UU Sisdiknas No. 20/2003,[1] PP 17/2010,[2] dan juga PP 66/2010,[3] sistem PJJ sudah menjadi bagian yang menyatu dalam dunia pendidikan di Indonesia, dan menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap pendidikan, termasuk pendidikan guru dan tenaga kependidikan.

Pemikiran Pendidikan Menurut S.M. Naquib al-Attas


Oleh: Ust. Yayat Hidayat. S.PdI.


A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) – dengan berbagai coraknya- berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis); tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.
peradaban dapat tercipta dengan dialog